Sabtu, 09 Mei 2009

suratkuuntukmuakhwat

Teruntuk :

“Akhwat yang lembut hatinya serta yang telah meluluhkan hatiku”


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wa ബരകടുത്


“Sebenarnya surat ini ingin kukirimkan kepadamu wahai engkau yang mampu melumpuhkan hatiku. Surat ini ingin kuselipkan dalam satu kehidupanmu, namun aku hanya lelaki yang tak memiliki keberanian dalam mengungkapkan semua percikan-percikan rasa yang terjadi dalam hatiku. Aku hanya dia yang engkau anggap tidak lebih, aku hanya merasa seperti itu.”

Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni surga. Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi. Salam hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga

Kautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam penghormatan, kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalam segala musim dan peristiwa.

Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

“Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi adalah lebih menyakitkan bila mencintai seseorang tetapi tidak memiliki keberanian untuk menyatakannya”

Mungkin kalimat di atas lebih tepat untuk melukiskan perasaan hati yang kurasakan ini. “Entah kapan aku akan mempunyai keberanian untuk menyatakan ini ?” itulah sebuah kalimat yang sering terngiang dalam hati, sebuah kalimat yang selalu mengganggu perjalanan sejarah hidupku.Keberanian adalah sebuah kata yang sangat menakutkan bagiku ketika aku tahu bahwa aku bukanlah lelaki pemberani untuk menyatakan bahwa aku berani dan pasti aku berani.


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Aku bukanlah seorang bijaksana yang pandai bermain kata, aku juga bukan seorang pujangga yang pandai merangkai kata-kata, aku hanyalah seorang pecundang yang ingin mengungkapkan perasaan di dalam hati. Perasaan yang selama ini selalu menghantui dan membayangi kemana angin berembus membawaku pergi. Perasaan yang aku sendiri tidak tahu apa maksud dari semua ini.

Ketika ku coba bertanya kepada hatiku tentang arti perasaan ini, “wahai hati yang bijaksana,entah apa arti dari perasaan ini ?” Hati ini hanya menjawab “tanyakan kepada dia !”, aku tidak mengerti dengan jawaban yang hati ini berikan kepadaku. Kutanyakan pertanyaan yang sama kepada diriku “apa arti dari perasaan ini ?”, namun diri ini memberikan jawaban yang sama “tanyakan kepada dia !” aku semakin bingung dengan jawaban yang diberikan diriku itu, dua kali aku bertanya, dua kali pula aku mendapatkan jawaban yang sama. Kepada siapa lagi aku bertanya tentang arti perasaan ini ?

“kau masih punya Yang Maha Memiliki, Yang Maha Menyayangi dan Mengasihi” kata diriku kepadaku. Tanpa banyak kata yang terucap lagi, aku tanyakan tentang perasaan ini kepada Dia Yang Maha Menyayangi dan Mengasihi, “wahai Tuhan Yang Maha Menyayangi dan Maha Mengasihi, apakah arti dari perasaan yang sedang aku rasakan ini ?”, namun apa yang aku dapatkan adalah jawaban yang sama seperti jawaban sebelumnya “tanyakan kepada dia !”sudah tiga kali aku bertanya dan tiga jawaban yang sama aku dapatkan. Terus kepada siapa lagi aku bertanyat tentang arti dari perasaan ini, selain kepada kamu wahai gadis yang menggetarkan hati.


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Aku sekarang tahu bahwa sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi adalah lebih menyakitkan bila mencintai tetapi tidak memiliki keberanian untuk menyatakannya.

Sekarang aku tahu bahwa aku seorang pecundang yang takut mengungkapkan perasaan dalam hati, tapi aku tidak mau untuk selamanya menjadi pecundang sejati, aku ingin menjadi seorang pemberani yang siap menghadapi kenyataan meskipun itu perih untuk dihadapi.

Aku tidak berani untuk terbang tinggi, karena aku belum mempunyai sayap yang kuat untuk membawaku terbang tinggi dan untuk kembali menapak di bumi.

Aku berharap kau sudi untuk memberikan bulu-bulu sayapmu kepadaku untuk memperbaiki sayapku yang telah rusak oleh badai jiwa yang selalu berkecamuk.

Karena hanya kaulah yang dapat meberikan jawaban perasaan ini.

Puji Tuhan Yang Maha Menyayangi dan Maha Mengasihi, yang telah menciptakan wanita dari tulang rusuk pria dan menjadikan mereka pasangan yang abadi hingga ajal menjemput mereka, karen izin-Nya pula akan dipertemukan kembali mereka di Surga yang penuh dengan cinta kasih yang abadi.

Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Entah darimana aku mulai untuk menulis dan menyusun kata-kata untuk mengungkapkan segala perasaan yang selalu menghantuiku, perasaan yang ada dalam hati ini, saat kau membaca surat ini anggaplah aku ada dihadapanmu seperti seorang abdi yang sedang menghadap Ratunya.


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Pertama aku melihatmu aku tiada tahu kenapa hati ini begitu berdesir, memang, aku bukan seorang yang mudah terkesan pada seorang gadis, tapi mengapa aku merasa sangat terkesan dengan sikap-sipkapmu dan sepertinya hatiku mulai condong padamu. Hatiku selalu bergetar saat bertemu denganmu dan hati ini sangat bergetar saat mendengar namamu lalu ada perasaan halus yang menyusup kedalam hatiku tanpa aku tahu perasaan apa itu namanya. Akhwat, namamu seperti embun diwaktu shubuh pada sekuntum bunga mawar yang sedang mekar dan menetes dalam hatiku, yang selalu kurindu setiap pagi.


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Jika engkau menghendaki aku ingin menjadi abdimu walau islam telah menghapus perbudakan tapi aku rela menjadi abdimu yang selalu menjagamu.Akwat, menjagamu merupakan sebuah pengorbananku pada ILLAHI, menjagamu merupakan jihadku dijalan Allah.Akhwat akan kukorbankan jiwa dan ragaku ini untuk mencintai Allah dan Rasulnya dan untuk menjagamu karna Allah sampai akhir nanti. Dicela dan dirajam aku rela untuk mencintaimu, bagiku dirajam sepuluh ribu kali lebih ringan daripada harus memendam rasa cinta yang sangat menyiksa ini memang memendam cinta itu sangat menyakitkan tapi mengasyikan "LOVE IS SWEET TORMENT" begitulah pepatah menyebutkan.


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Anggaplah aku sedang berada dihadapanmu sebagaimana seseorang sedang mengungkapkan segala sedu sedan dan perasaan hatinya, akhwat aku tiada pernah bisa mengungkapkan perasaan ini langsung padamu jangan mengungkapkan perasaan memandangmu pun aku tak kuasa apalagi mengungkapkan perasaanku langsung padamu, tenggorokanku tercekat, mulutku terkunci, hanya hati yang bisa berbicara tanpa suara. Tapi, mungkin dengan sepucuk surat ini yang pertama kali aku buat untuk seorang gadis bisa mengungkapkan segala perasanku kepadamu.

Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Bersamamu....

Jika aku memandang langit

mengharapkan bayangan wajahmu

terurai dalam goresan semu

karena disini aku begitu merindumu

Diantara senandung langkah bumi

aku menantikan langkahmu di depan pintu hatiku

Diselimut awan putih itu

kugantungkan cinta suciku

Bilakah engkau akan bersamaku

mengarungi satu cerita dalam lautan cintaku ??

Bersama rembulan ku akan menjemput malammu

dengan sejuknya jiwamu....

Bila aku bukan ikhwan terbaikmu

biarkan aku mencintamu dengan segenap jiwaku

Bila aku bukan pilihan hatimu

biarlah aku mendampingimu selamanya

Biarkan aku

menjadi bagian kecil di sudut hatimu....

Biarkan....

Karena aku hanya ingin bersamamu....

seumur hidupku....


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Ingatlah bahwa kata-kata ini bukanlah cerita narasi deskripsi, ini hanyalah perasaan cintaku padamu namun sulit tuk ku ungkapkan, sekali lagi ku ingin kau mengerti cinta ini derita dan kuharap kau juga merasa apa yang kurasa tanpa banyak tanda tanya rasa ini fakta selektif bukan posesif dan ku tak ingin berdusta ku mencintaimu Lillahi ta’ala. Cintaku padamu seperti penyembah mencintai sesembahnya.


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Aku tahu kita belum saling mengenal, tapi kalau sekedar ta’aruf itu bisa kita atur. Aku tahu kau tak mengenalku seperti apa aku ini, tapi aku sangat mengenalmu dengan jelas, kamu adalah seorang akhwat sejati yang lembut hatinya yang tak ingin mendzalimi siapapun, karna itulah aku sangat simpati padamu, aku ingin kiata saling berbagi satu sama lain.

Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Sebenarnya aku merasa tiada pantas sedikitpun untuk menulis ini semua, tapi rasa cintaku padamu yang tiap detik semakin membesar didalam dada dan berdentang dalam hati yang terus memaksaku tuk unggkapkan. Aku sebenarnya tiada pantas mencintai seorang bidadari surga, tapi apa yang dapat diperbuat oleh makhluk dhaif seperti diriku.


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Aku sudah siap kalau seandainya aku harus terbakar oleh panasnya api cinta yang pernah menbakar Laila dan Majnun dan aku berharap bisa menjadi seorang yang qooimin bi nafsihi wa muuqimun lil ghoirihi (tegak atas dirinya dan mampu menegakkan orang lain, terutama isteri dan anak-anaknya). Aku tahu kau perlu waktu untuk merenungkan apa yang aku rasakan, tapi aku cuman minta kamu untuk istikharah dengan begitu kamu bisa memilih yang terbaik. Insya Allah, Allah akan memberikan pilihan yang baik untuk seorang akhwat sepertimu.


Wahai akhwat yang telah meluluhkan hatiku,

Apakah aku salah menulis ini semua?segala yang saat ini menderu didalam hati dan jiwa, belum pernah aku merasakan cinta pada seseorang sekuat rasa cintaku padamu, akhwat aku tak ingin mengganggu dirimu dengan kenistaan kata-kataku yang tertoreh dalam lembaran kertas ini. Jika ada yang bernuansa dosa semoga Allah mengampuninya.

Doakan Allah mengampuni diriku. Afwan, atas kelancangan diriku mengirim surat ini.

Wassalamu’alikum,

Sang Mujahidin cinta

Wan_roses